SEJARAH NAMA KOTA TANGERANG DARI BENTENG BELANDA HINGGA
MODERN
Asal-usul Nama Tangerang
Nama Tangerang memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan masa kolonial Belanda. Menurut catatan sejarah, pada abad ke-17 Belanda membangun sebuah benteng pertahanan di tepi Sungai Cisadane. Benteng ini berfungsi untuk menghadang serangan dari Kesultanan Banten sekaligus menjadi simbol kekuasaan kolonial.
Masyarakat sekitar kemudian menyebut daerah tersebut dengan nama Tanggeran atau Tangeran, yang artinya “penanda” atau “penyambung”. Dari sinilah nama Tangerang mulai dikenal dan akhirnya menjadi identitas daerah hingga sekarang.
Benteng Belanda di Cisadane
Benteng Belanda di Tangerang dibangun pada tahun 1684 setelah Perjanjian Banten. Benteng ini dikelilingi parit dan tembok tinggi, serta menjadi markas strategis Belanda di pesisir barat Pulau Jawa.
Benteng Cisadane bukan hanya pusat pertahanan, tetapi juga menjadi tempat berkembangnya pemukiman baru. Di sekitar benteng, banyak pedagang, pekerja, dan pendatang yang akhirnya menetap dan memunculkan cikal bakal kota.
Perkembangan Tangerang dari Masa ke Masa
Masa Kolonial Belanda
Tangerang menjadi wilayah pertanian dan perkebunan penting yang memasok hasil bumi ke Batavia (Jakarta). Banyak pekerja dari Tiongkok didatangkan untuk mengolah tanah, sehingga komunitas Tionghoa juga berkembang pesat di daerah ini.
Masa Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, Tangerang berkembang sebagai kota penyangga Jakarta. Banyak pembangunan infrastruktur dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Masa Modern
Saat ini, Tangerang dikenal sebagai kota metropolitan dengan berbagai pusat industri, perumahan modern, bandara internasional (Soekarno-Hatta), dan menjadi bagian penting dari kawasan Jabodetabek.
Makna Sejarah bagi Generasi Muda
Sejarah nama Tangerang bukan sekadar cerita masa lalu. Dari benteng Belanda di tepi Sungai Cisadane, kita bisa melihat bagaimana perjuangan, percampuran budaya, dan perkembangan zaman membentuk identitas kota ini.
Bagi generasi muda, mengenal sejarah Tangerang bisa menumbuhkan rasa cinta pada daerah sekaligus menjaga warisan budaya agar tidak hilang ditelan modernisasi.
Nama Tangerang lahir dari sejarah panjang kolonial Belanda dan perlawanan lokal di tepi Sungai Cisadane. Dari sebuah benteng pertahanan, Tangerang kini menjelma menjadi kota modern yang dinamis. Mengetahui asal-usul nama kota ini membantu kita lebih menghargai perjalanan sejarah bangsa dan menjaga identitas daerah.
Untuk mengenang perjuangan rakyat Banten pada masa penjajahan, Pemerintah Kota Tangerang membuat beberapa replika seperti menara benteng, dan meriam di pinggir sungai Cisadane tepatnya di jalan benteng makasar, Sukarasa, yang moncongnya mengarah ke seberang Kali Cisadane, atau ke arah Banten.
Kawasan Kali Cisadane kini menjadi obyek wisata sejarah bagi pengunjung. Salah seorang sesepuh Kampung Kali Pasir, Achmad Syairodji menjelaskan, di kawasan berdirinya meriam dan menara benteng hingga belakang Masjid Kali Pasir, dahulunya adalah benteng pertahanan Belanda untuk menghalau serangan masyarakat Banten.
"Itu kan dulu sejarahnya ada benteng Belanda. Posisinya dari belakang Robinson sampai deket masjid Kali Pasir," ujar Achmad Syairodji.
Sebelum tahun 1740, kata Syahrodji, kawasan ini juga banyak dihuni oleh masyarakat Tionghoa peranakan, yang disebut Cina Benteng.
"Makanya ada sebutan Cina Benteng, itu kan warga Tionghoa keturunan yang dulunya tinggal di sekitar benteng. Kalau sejarahnya mah, mereka menyingkir ke wilayah Sewan dan daerah pinggiran Tangerang, pas ada pembantaian warga Tionghoa oleh Belanda di Batavia, sekitar tahun 1740," katanya.
Budi seorang warga sekitar mengatakan adanya replika ini membuat daerah disini lebih hidup, karena banyak orang yang datang untuk melihat replika yang ada.
Alhamdulilah semenjak dibangunnya replika meriam dan benteng itu, banyak orang yang main kesini. Selain itu, artinya pemerintah kota Tangerang juga menghargai sejarah yang terjadi di kota Tangerang ini, ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar