Pada salah satu bagian Goa Pindul tepatnya di tengah gua terdapat sebuah ruangan yang agak besar dengan lubang diatasnya, masyarakat sekitar gua menyebutnya sumur terbalik, suasana semakin mengesankan dengan panorama alam yang begitu indah dengan sinar matahari yang masuk pada ruangan ini. Lubang inilah yang sering digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota Tim Sar ataupun oleh para pengunjung Wisata Goa Pindul.
Sejarah Gao Pindul
Menurut cerita yang beredar di Masyarakat sekitar, semuanya berawal dari seorang tokoh bernama Kyai Jaluwesi yang berkonflik dengan raksasa bernama Bendhogrowong. Keduanya terlibat adu kesaktian, dengan keunggulan pada Kyai Jaluwesi. Raksasa itu kemudian mengeluarkan ilmunya yang dikarenakan merasa terdesak. Sayangnya ilmu tersebut meleset dan mengenai seekor anjing peliharaan Widodo dan Widadi, anak kembar Kyai Jaluwesi. Anjing yang bernama Sona Langking itu cedera parah dan berlari tak karuan menuju sebuah sumber air yang ada di balik semak-semak. Kyai Jaluwesi yang mengikuti arah lari Sona Langking kaget ketika mendapat anjingnya telah pulih dari cedera parah akibat aji-aji sang raksasa.
Melihat hal itu, Kyai Jaluwesi kemudian menamai sumber air itu sebagai Mbelik Panguripan, karena mampu menyembuhkan luka parah yang diderita anjingnya. Beberapa lama setelah peristiwa itu, muncul sepasang pria dan wanita bernama Kyai dan Nyai Sejati yang ingin menguasai tanah di sekitar Gunung Bang. Mereka meminta kepada Kyai Jaluwesi untuk pindah dari tempat itu, dan Kyai Jaluwesi menyanggupinya. Meski begitu Kyai Jaluwesi menginginkan sebuah syarat, yaitu setelah kepindahannya masyarakat Gunung Bang harus mengadakan acara bersih lepen (sungai), penari ledhek (tayub), pada hari Senin Paing setiap tahun sekali. Kemudian Kyai Jaluwesi pindah ke daerah Goa Pindul, hingga moksa dan diyakini menjadi penunggu di Goa Pindul dan Mbelik Panguripan.
Legenda ataupun cerita yang beredar tentunya tidak bisa dipercaya seratus persen, tetapi pembaca yang baik seharusnya mampu menangkap apa yang ada di balik tiap legenda, bukan malah menganggapnya mistis, ataupun tidak masuk akal. Obyek Wisata Goa Pindul Gunungkidul yang saat ini sedang menjadi primadona wisata cave tubing memang sangat menarik dan menawarkan sensasi yang berbeda dengan wisata-wisata yang sudah umum di Yogyakarta.
Sensasi Cave Tubing
Cave tubing hampir sama dengan rafting (arung jeram). Jika rafting atau arung jeram adalah kegiatan menyusuri aliran sungai dengan menggunakan perahu, maka cavetubing adalah kegiatan menyusuri gua dengan naik di atas ban dalam. Karena aliran air di Obyek Wisata Alam Goa Pindul ini tenang dan debit airnya relatif sama baik di musim penghujan maupun musim kemarau, maka melakukan cavetubing di Goa Pindul ini juga bisa dilakukan oleh para pemula maupun anak kecil.
Saat anda melakukan susur gua di Goa Pindul ini, anda akan menemukan sebuah stalagtit yang sudah menyatu dengan stalagmit sehingga tampak seperti sebuah pilar dengan ukuran lebar lima rentangan tangan orang dewasa(Soko Guru). Stalaktit ini merupakan terbesar di Goa Pindul dan mempunyai peringkat no 4 di dunia.
Fasilitas di Obyek Wisata Goa Pindul
Wisata cavetubing di Goa Pindul ini menyediakan guide yang bisa memandu kita untuk melakukan cave tubing. Pengelola telah menyediakan peralatan cave tubing seperti ban dan life vest (jaket pelampung), serta senter kepala (headlamp). Untuk menyewa fasilitas tersebut, pengunjung akan dikanakan biaya sekitar Rp.25.000 - Rp.30.000.
Terima kasih anda telah mengunjungi blog Cinta Negeri.