Sabtu, 20 April 2019

Biografi Komodor Yos Sudarso

Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso
Nama Yos Sudarso dikenal oleh bangsa Indonesia sebagai tokoh pahlawan nasional, dan Namanya banyak abadikan sebagai nama jalan di wilayah Indonesia dan juga sebuah pulau di papua. Beliau  gugur di Laut Aru, 15 Januari 1962 pada umur 36 tahun diatas KRI Macan Tutul dalam misi pembebasan Irian Barat (Papua) melalui pertempuran Laut Aru  setelah kapalnya KRI Macan Tutul ditembak oleh kapal patroli Hr. Ms. Eversten milik armada Belanda pada masa kampanye Trikora.

Dalam banyak buku yang mengulas mengenai biografi maupun profil dari Laksamana Madya TNI (Ant) Yosaphat Soedarso atau lebih dikenal dengan nama Yos Sudarso, beliau dikatakan lahir di wilayah Salatiga, Jawa Tengah pada tanggal 24 November 1925. Ia lahir dengan nama lengkap Yosaphat Soedarso dari pasangan Sukarno Darmoprawiro dan Mariyam. Ayah Yos sudarso bekerja sebagai seorang polisi ketika masa penjajahan.

Sejak kecil, Yos Sudarso dikenal sebagai sosok yang tenang, cerdas dan juga santun dalam bergaul. Saat masih anak-anak, beliau masuk di sekolah HIS (Hollandsch Inlandsch School) yang setingkat SD, tamat dari situ pada tahun 1940 ia kemudian masuk di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota Semarang.

Baru lima bulan bersekolah, Jepang kemudian datang menjajah di Indonesia. Yos Sudarso akhirnya kembali ke Salatiga dan memilih melanjutkan pendidikan SMP nya disana hingga tahun 1943. Tamat dari sana, beliau kemudian masuk di sekolah guru di wilayah Muntilan.

Bergabung  Di Angkatan Laut
Namun pendidikan disekolah tersebut ia tidak selesaikan karena pada masa itu terjadi peralihan kekuasaan dari Belanda ke Jepang. Akhirnya Yos Sudarso masuk di Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang yang ia tempuh selama setahun dan pendidikan opsir di Goo Osamu Butai dan menjadi lulusan terbaik. Prestasinya tersebut membuat ia kemudian dipekerjakan sebagai mualim di kapal Goo Usamu Butai.

Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 agustus 1945, Yos Sudarso kemudian bergabung dengan BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut yang kemudian bernama Tentara Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Disini Yos Sudarso  sering mengikuti misi atau operasi militer dalam memadamkan pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah ketika itu. Walaupu ketika itu armada kapal laut yang dimiliki Indonesia masih sangat minim sekali.

Di tahun 1950, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Yos Sudarso pun diangkat sebagai komandan kapal di KRI Alu. Selanjutkan pindah ke KRI Gajah Mada, KRI Rajawali hingga KRI Pattimura. Yos bahkan sempat menjabat sebagai sebagai hakim pengadilan walaupun hanya 4 bulan saja tepatnya di tahun 1958.

Di tahun 1959, pergolakan internal di tubuh Angkatan Laut mencapai puncaknya. Yos Sudarso berserta kolonel Ali Sadikin dan para perwira lainnya tidak setuju dengan kepemimpinan Laksamana Subiyakto yang ketika itu menjabat sebgai kepala staf angkatan laut.
Konflik tersebut membuat Laksaman Subiyakto akhirnya digantikan oleh Kolonel R.E Martadinata sebagai kepala staf yang baru. Tidak lama setelah itu Yos Sudarso kemudian naik pangkat secara cepat dari Deputi hingga menjadi komodor (laksamana pertama).

Kisah Heroik Yos Sudarso dan Pertempuran Laut Aru Yang Terkenal
Di tahun 1961, konfrontasi Indonesia dan Belanda dalam hal pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda mencapai puncaknya. Presiden Soekarno ketika itu membentuk Tri Komando Rakyat (Trikora) dan tahun berikutnya 1962, Soekarno membentuk Komando Mandala dalam pembebsan Irian Barat dengan markas di Makassar. Yos Sudarso diserahi tugas sebagai Deputi Operasi.

Tugas yang berat bagi Yos Sudarso. Kisah heroik mengenai pertempuran Yos Sudarso akhirnya terjadi pada tanggal 15 Januari 1962. Ketika itu Yos Sudarso melakukan patroli dengan membawa tiga kapal yakni KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau dibawah komandonya.
Operasi senyap tersebut dilakukan di sekitar wilayah perairan laut Aru disekitar wilayah Maluku. Tidak lama kemudian pesawat Neptune Belanda yang melakukan patroli menjatuhkan flare. Keadaan yang ketika itu sunyi dan gelap kemudian berubah terang benderang. Tiga kapal Belanda dengan persenjataan lengkap dan ukuran yang lebih besar kemudian muncul membelah langit malam.

Ketiga kapal Belanda tersebut ternyata sudah menunggu mereka. Tembakan peringatan pertama dilepaskan oleh Belanda dan jatuh disamping KRI Harimau. Kolonel Sudomo kemudian memerintahkan tembakan balasan namun meleset.

Yos Sudarso yang sadar bahwa pertempuran ini bakal tidak seimbang dalam hal persenjataan, beliau kemudian memerintahkan ketiga kapal yang ia komandoi untuk mundur sementara. Manuver 180 derajat kemudian dilakukan ketiga kapal tersebut. Namun naas, KRI Macan Tutul yang ditumpangi oleh Komodor Yos Sudarso macet.

Pihak Belanda mengira bahwa kapal Indonesia akan melakukan manuver untuk menyerang. Belanda kemudian melepaskan tembakan untuk menyerang. KRI Macan Tutul ketika itu berhadapan dengan kapal perusak Belanda. Yos Sudarso kemudian memerintahkan KRI Macan Tutul untuk pasang badan agar dua kapal lainnya bisa bisa meninggalkan medan pertempuran.

Tembakan pertama yang dilakukan kapal perusak Belanda itu meleset mengenai KRI Macan Tutul. Di kesempatan berikutnya, tembakan yang dilakukan kapal perusak Belanda akhirnya tepat mengenai badan kapal KRI Macan Tutul yang bernomor lambung 650 tersebut.

Gugurnya Yos Sudarso
KRI Macan Tutul buatan Jerman Barat itu akhirnya terbakar dan perlahan-lahan karam ke dasar Samudera bersama 24 kru kapal. Kru lainnya yang selamat menjadi tawanan Belanda. Kalimat terakhir dari komodor Yos Sudarso sesaat sebelum kapalnya karam yaitu: 
"Kobarkan Semangat Pertempuran" ia pekikan melalui radio ke dua kapal lainnya yang berhasil selamat.
Komodor Yos Sudarso yang semasa kecil bercita-cita sebagai prajurit itu akhirnya gugur di lautan dalam mempertahankan kedaulatan republik Indonesia. Ia meninggalkan seorang istri bernama Siti Kustini dan lima orang anak. Pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Yos Sudarso atas jasa-jasanya. Namanya juga diabadikan sebagai nama jalanan di berbagai wilayah di Indonesia.

Banyak tabir yang menyelimuti gugurnya Yos Sudarso dalam pertempuran di laut Arafuru. Mulai dari bocornya operasi rahasia tersebut oleh Belanda, kemudian operasi tersebut tersebut tidak diketahui oleh pemerintah seperti Presiden Soekarno seperti yang ditulis dalam buku Konspirasi Dibalik Tenggelamnya Matjan Tutul (2011) oleh wartawan Julius Pour. 

Selain itu, AURI (Angkatan udara) yang dituding sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam insiden tersebut karena tidak memberikan bantuan pesawat udara yang berbuntut pada pencopotan KSAU Laksamana Suryadarma yang digantikan oleh Letkol Omar Dhani yang dikisahkan dalam buku Dan Toch Maar! (2009) yang ditulis oleh Sukono. 

Terima kasih anda telah mengunjungi blog Cinta Negeri.
Subscribe

0 komentar:

Posting Komentar