Pemilihan umum
telah memanggil kita. Seluruh rakyat menyambut gembira. Hak demokrasi
Pancasila. Hikmah Indonesia merdeka. Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya.
Pengemban Ampera yang setia. Di bawah Undang-Undang Dasar 45. Kita menuju ke
pemilihan umum.
Ada yang
familiar dengan lirik lagu tersebut..? Lagu Mars Pemilu itu bukan satu-satunya.
Mars Pemilu mengalami perubahan lirik dari masa ke masa. Tahukah kalian siapa para Pencipta lagu-lagu Mars
Pemilu tersebut. Sejarah awal
penciptaan Mars Pemilu dimulai dari pemilihan umum pertama pada tahun 1955.
Saat itu
diadakan sayembara lagu pemilu dan di menangkan lagu yang berjudul
"Pemilihan Umum", hasil karya bersama Marius Ramis Dajoh sebagai
penulis lirik, Ismail Marzuki sebagai aransemen dan melodi, dan GWR Tjok Sinsu
sebagai penggubah.
Menurut buku
berjudul “Musik, Tanah Air, dan Cinta dalam Ismail Marzuki” oleh Teguh Esha,
bahwa lagu itu resmi diumumkan sebagai Mars Pemilu pada 11 April 1953 setelah
melewati beberapa penyesuaian lirik. Dan pertama kali lagu mars ini disiarkan
di studio RRI Jakarta. Pada awalnya
lirik Mars Pemilu adalah:
Pemilihan Umum
Kesana beramai
Marilah, marilah saudara-saudara
Memilih bersama para wakil kita
Kesana beramai
Marilah, marilah saudara-saudara
Memilih bersama para wakil kita
Menurut
pilihan, bebas rahasia
Itu hak semua warga senegara
Njusun kehidupan adil sedjahtera.
Itu hak semua warga senegara
Njusun kehidupan adil sedjahtera.
Lagu mars
tersebut mengalami perubahan lirik pada pemilu kedua atau pemilu pertama pada
masa Orde Baru tahun 1971. Diciptakan oleh komponis dan penulis lagu, Mochtar
Embut, lagu berjudul "Pemilihan Umum" baru. Lagu ini kerap diputar
menjelang dan sesudah siaran berita RRI.
1. MOCHTAR EMBUT
Mochtar Embut kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, 5 Januari 1934 salah
satu komponis Seriosa yang tembang karyanya bersifat puitik. Ia dapat mengolah
dan memadukan harmoni musik dengan musikalisasi karya puisi. Ia sudah menggubah
sajak-sajak dari tokoh-tokoh sastra Indonesia seperti WS Rendra, Chairil Anwar
dan Usmar Ismail menjadi komposisi musik dan lagu.
Pada usia lima tahun, Mochtar Embut sudah mulai bermain piano.
Empat tahun kemudian Ia menciptakan sebuah lagu anak-anak, Kupu-kupu. Mochtar
cenderung belajar bermain piano secara otodidak. Pada usia 16 tahun, ia
menyelesaikan karya pertamanya untuk piano. Mochtar sempat mengenyam pendidikan
akademis di Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jurusan Bahasa Perancis.
Mochtar enggan belajar ke luar negeri karena alasan yang tidak
diketahui. Saat Pranajaya, salah seorang tokoh seriosa Indonesia yang saat itu
masih belum menonjol, mendapat kesempatan mengikuti pendidikan musik di Jepang
pada tahun 1962, Mochtar menerima tawaran yang sama, tetapi selalu menolak. Dan
beliau juga sempat menjadi guru musik dari Guruh Soekarno putra, yang saat itu
masih bersekolah di SMA Yayasan Perguruan Cikini.
Mochtar Embut telah menciptakan lebih dari 100 judul lagu, dan
banyak diantara lagu-lagunya telah menjadi bagian abadi dalam sejarah musik
Indonesia, seperti Di Wajahmu Kulihat Bulan, Di Sudut Bibirmu dan
Tiada Bulan di Wajah Rawan.
Lagu KB (Keluarga Berencana) yang juga diciptakan oleh Mochtar Embut
untuk membantu mensukseskan gerakan Keluarga Berencana yang dimulai pada tahun
1970-an. Dimana lagu tersebut menjadi sangat populer dan akhirmya menjadi lagu
wajib anak-anak sekolah mulai dari Sekolah Dasar.
Mochtar
Embut adalah seorang pecandu kerja, terperangkap oleh dedikasi dan ketekunan
bekerja yang nyaris tak mengenal lelah, ia terserang penyakit liver dan kanker
hati, dan di istirahatkan di Rumah Sakit Borromeus, Bandung, hingga tahun 1965.
Namun akhirnya beliau meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1973 dalam usia 39
tahun, dan dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta.
Salah
satu kontribusi musik Mochtar Embut dalam kancah politik ialah menciptakan lagu
Mars Pemilu yang digunakan sebagai Mars Pemilihan Umum di Indonesia
waktu itu. Adapun lirik lagu tersebut:
Pemilihan
umum telah memanggil kita
Seluruh rakyat menyambut gembira
Hak demokrasi Pancasila
Hikmah Indonesia merdeka
Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
Pengemban Ampera yang setia
Di bawah Undang-Undang Dasar 45
Kita menuju ke pemilihan umum.
Seluruh rakyat menyambut gembira
Hak demokrasi Pancasila
Hikmah Indonesia merdeka
Pilihlah wakilmu yang dapat dipercaya
Pengemban Ampera yang setia
Di bawah Undang-Undang Dasar 45
Kita menuju ke pemilihan umum.
Lagu
tersebut meraih penghargaan dari Departemen Dalam Negeri, dan digunakan selama
enam kali pemilu di masa Orde Baru.
2. NORTIER SIMANUNGKALIT
Pada Pemilu
1999, lagu itu diubah oleh komponis dan penulis lagu, Nortier Simanungkalit
atas permintaan Lembaga Pemilihan Umum.
Dia menyetujui
permintaan tersebut karena dia menganggap syair yang ditulis Embut dalam
Pemilihan umum telah memangggil kita/Sluruh rakyat menyambut gembira, terlalu
sloganistis, kemudian dia mengganti dengan kalimat yang lebih tegas, yaitu
Pilih wakil dalam MPR dan DPR/D pusat dan daerah.
Komponis
sekaligus pencipta lagu legendaris tersebut merampungkan lagu baru untuk pemilu
dalam waktu satu minggu. Dia memberikan judul "Mars Pemilihan Umum".
Lagu
ini yang kemudian dipakai sebagai mars untuk empat kali pemilu pada era reformasi,
yaitu tahun 1999, 2004, 2009, dan 2014.
Nortier Simanungkalit kelahiran
di Tarutung, 17 Desember 1929 yang dikenal terutama dengan karya lagu-lagu Mars
dan Hymne. Beberapa karyanya misalnya adalah Mars dan Hymne SEA Games X, lagu
Senam Kesegaran Jasmani (era 1980-an), dan Mars Pemilu tahun 2004.
ARANSEMEN ULANG
Adapun lirik lagu Mars Pemilu seperti berikut:
Pemilihan umum kini menyapa kita
Ayo songsong dengan gembira
Kita pilih wakil rakyat anggota DPR, DPD, dan DPRD
Mari mengamalkan Pancasila
Undang-undang Dasar 45
Memilih presiden dan wakil presiden
Tegakkan reformasi Indonesia
Laksanakan dengan jujur adil dan cermat
Pilih dengan hati gembira
Langsung umum bebas rahasia
Dirahmati Tuhan yang Maha Esa.
Lalu
bagaimana dengan Mars Pemilu tahun 2019 ini..? Ternyata KPU juga sudah memilih
lagu yang lain sebagai Jingle Pemilu 2019, Perubahan lirik "Mars Pemilihan
Umum" yang diciptakan Nortier Simanungkalit, setelah dikumandangkan pada
empat kali pemilu.
Kali ini lagu Mars pemilu dimenangkan L.Agus Wahyudi dalam
sayembara lagu pemilu pada Februari 2018 dengan lagu yang berjudul "Mars
Jingle Pemilu" yang disahkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Seperti diketahui, jingle Pemilu 2019 berjudul
Pemilih Berdaulat Negara Indonesia Kuat itu merupakan karya L. Agus Wahyudi,
yang berhasil mengalahkan 228 peserta lainnya dan mendapatkan hadiah uang Rp 30
juta.
Jingle itu
sendiri diaransemen ulang oleh Erros Sheila On-7 dan dinyanyikan oleh mantan
vokalis Cokelat, Kikan.
Lirik jingle ini menunjukkan semangat dan optimisme
pada kesuksesan Pemilu 2019. Maskot Sang Sura dan jingle tersebut
diluncurkan KPU dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya di Pemilu 2019 mendatang.
Lirik Jingle
Pemilu Tahun 2019
Tiba saatnya
Indonesia untuk memilih (Yuk Memilih)
Besama datang ke TPS salurkan aspirasi
Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur dan Adil
Demi Indonesia Damai Sejahtera
Besama datang ke TPS salurkan aspirasi
Langsung Umum Bebas Rahasia Jujur dan Adil
Demi Indonesia Damai Sejahtera
(Ayo !!!)
Kita Memilih
untuk Indonesia
Menggapai cita lewat suara kita
Bagimu Indonesia Sukseskan Demokrasi
Jadi pemilih berdaulat Negara Indonesia Kuat
Jadi pemilih berdaulat Negara Indonesia Kuat
Menggapai cita lewat suara kita
Bagimu Indonesia Sukseskan Demokrasi
Jadi pemilih berdaulat Negara Indonesia Kuat
Jadi pemilih berdaulat Negara Indonesia Kuat
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI resmi meluncurkan maskot dan
jingle resmi pemilihan umum (Pemilu) 2019 di kawasan Timur Monas, Jakarta,
Sabtu 21 April. Momen peluncuran itu juga ikut dimeriahkan dengan pagelaran
seni budaya ‘Menyongsong Pemilu Tahun 2019'.
"Hari ini adalah bagian penting proses penyelenggaran
pemilu yaitu dengan adanya kehadiran pemilih, tidak terlalu susah dan rumit
untuk jadi pemilih syaratnya mudah, hanya boleh 17 tahun atau sudah
menikah," kata Ketua KPU RI Arief Budiman di Kawasan Monas, Jakarta, Sabtu
21 April malam.
Maskot Pemilu 2019 yang diluncurkan KPU itu diberi nama Sang
Sura yang merupakan singkatan dari Sang Surat Suara. Maskot tersebut berbentuk
surat suara persegi panjang berwarna putih dengan garis tebal di sekelilingnya
dengan logo KPU, yang dilengkapi dengan paku pencoblosan di tangan kanan.
Maskot Sang Sura sendiri merupakan hasil karya David Wijaya,
yang sebelumnya berhasil mengalahkan 228 peserta lainnya dan mendapat hadiah
uang Rp 20 juta.
Sang Sura digambarkan dengan ekspresi tersenyum, optimistis,
dan penuh semangat untuk memberikan kesan positif penyelenggaraan Pemilu 2019.
Menurut KPU sendiri, Sang Sura memiliki kesan tegas dan ramah, lalu garis-garis
atau goresan yang tebal mewakili tegas dan kuat.
"Kalau mau Indonesia kuat, maka pemilihnya harus
berdaulat. Pemilih yang berdulat harus dilindungi hak pilihnya. Gunakan hak
pilih anda untuk memilih pemimpin yang terbaik," ujarnya.
Melalui acara pagelaran seni budaya itu, Arief sekaligus
resmi membuka rangkaian Pemilu Serentak 17 April 2019. Arief tampak memukul
gong sebanyak 20 kali, sesuai dengan jumlah parpol peserta Pemilu 2019, untuk
meresmikan acara itu.
Tak hanya maskot Sang Sura saja, KPU juga meluncurkan
jingle resmi Pemilu 2019 yang berjudul 'Pemilih Berdaulat Negara Indonesia
Kuat'.
"Pada hari ini juga kita meluncurkan maskot dan jingle
Pemilu 2019. Maskotnya adalah 'Sang Sura' itu singkatan dari Sang Surat Suara.
Sementara jingle pemenangnya bertema 'Pemilih Berdaulat, Negara
Kuat'," kata Komisioner KPU Wahyu Setiawan pada acara tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar