Anda pernah mendengar lagu Mars Pancasila, penciptanya adalah Prohar Sudharnoto, lahir di Kendal, 24 Oktober 1925, dan meninggal 11 Januari 2000 pada umur 74 tahun, salah seorang komponis, ilustrator film Indonesia, pencipta lagu Mars Pancasila yang di kemudian hari dikenal sebagai lagu Garuda Pancasila. Pada saat Soekarno berkuasa, ia termasuk salah satu seniman yang tergabung dalam Lekra.
Prohar Sudharnoto belajar di Universitas Indonesia jurusan Kedokteran (hanya sampai tingkat 2). Ia memiliki ayah seorang dokter pribadi mangkunegara VII di Sala. Beliau gemar bermain gitar, suling, dan biola, sedangkan ibunya mahir bermain akordeon. Dan beliaupun pernah belajar pada sejumlah seniman, Jos Cleber, Daljono, Soetedjo, dan R.A.J. Soedjasmin.
Bersama Orkes Hawaiian Indonesia Muda pimpinan Maladi, ia ikut mengisi siaran RRI (Radio Republik Indonesia) Sala. Kemudian sejak tahun 1952, ia bekerja di RRI Jakarta, bahkan sampai menjabat sebagai kepala Seksi Musik, dan pengisi acara tetap Hammond Organ Sudharnoto. Setelah meninggalkan RRI, ia menjadi penyalur es Petojo, Jakarta, dan menjadi sopir taksi. Pada tahun 1969, Sudharnoto menjadi pianis di restoran LCC dan kemudian Sangrilla.
Beberapa film yang ia isi ilustrasi musiknya:
* Juara Sepatu Roda
* Notaris Sulami
* Baja Membara
* Sayem
* Di Ambang Fajar
* Koboi Cilik
* Anak Emas
* Cintaku Tergadai
* Kabut Sutra Ungu (memenangkan piala citra tahun 1980)
Musik rekaman yang ia selesaikan, di antaranya:
* Musik Nostalgia Mengenang Ismail Marzuki
* Hidup Indonesia.
Lagu ciptaan prohar sudharnoto diantaranya :
* Bunga Sakura
* Mars Teruna Bangsa
* Keroncong Kewajiban Pemuda
Prohar Sudharnoto belajar di Universitas Indonesia jurusan Kedokteran (hanya sampai tingkat 2). Ia memiliki ayah seorang dokter pribadi mangkunegara VII di Sala. Beliau gemar bermain gitar, suling, dan biola, sedangkan ibunya mahir bermain akordeon. Dan beliaupun pernah belajar pada sejumlah seniman, Jos Cleber, Daljono, Soetedjo, dan R.A.J. Soedjasmin.
Bersama Orkes Hawaiian Indonesia Muda pimpinan Maladi, ia ikut mengisi siaran RRI (Radio Republik Indonesia) Sala. Kemudian sejak tahun 1952, ia bekerja di RRI Jakarta, bahkan sampai menjabat sebagai kepala Seksi Musik, dan pengisi acara tetap Hammond Organ Sudharnoto. Setelah meninggalkan RRI, ia menjadi penyalur es Petojo, Jakarta, dan menjadi sopir taksi. Pada tahun 1969, Sudharnoto menjadi pianis di restoran LCC dan kemudian Sangrilla.
Beberapa film yang ia isi ilustrasi musiknya:
* Juara Sepatu Roda
* Notaris Sulami
* Baja Membara
* Sayem
* Di Ambang Fajar
* Koboi Cilik
* Anak Emas
* Cintaku Tergadai
* Kabut Sutra Ungu (memenangkan piala citra tahun 1980)
Musik rekaman yang ia selesaikan, di antaranya:
* Musik Nostalgia Mengenang Ismail Marzuki
* Hidup Indonesia.
Lagu ciptaan prohar sudharnoto diantaranya :
* Bunga Sakura
* Mars Teruna Bangsa
* Keroncong Kewajiban Pemuda
* Pantai Selatan
* Gadis Gunung
* Harum Bunga di Waktu Malam
* Asmara Dewi
* Senja Buta
* Melati Pagi
* Gadis Gunung
* Harum Bunga di Waktu Malam
* Asmara Dewi
* Senja Buta
* Melati Pagi
* Asia Afrika Bersatu
* Maju Sukarelawan
* Garuda Pancasila (diubah tahun 1956).
Sungguh ironis sekali kisah Sudharnoto, sang penggubah "Mars Pancasila" atau sekarang yang lebih dikenal sebagai lagu "Garuda Pancasila".
Pada saat Orde Baru berkuasa, Sudharnoto termasuk salah satu dari banyak seniman yang menjadi tahanan politik karena dianggap sebagai anggota parpol terlarang saat itu yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI), hal ini dikarenakan Sudharnoto termasuk salah satu Anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah organisasi "underbow" atau menginduk pada PKI.
Padahal masih menjadi perdebatan hingga kini, apakah Lekra memang underbow PKI atau bukan, karena Njoto sebagai salah satu penggagas Lekra (meski Njoto sendiri adalah salah satu pembesar PKI) tetapi dia sendiri menolak untuk memasukkan Lekra sebagai underbow PKI, dan karena itu sempat timbul ketidak harmonisan antara Dipa Nusantara (DN) Aidit sebagai ketua CC PKI dan Njoto yang menjabat Wakil Ketua CC PKI saat itu.
Tetapi uniknya di saat Orde Baru, Lekra dianggap sebagai underbow PKI, hingga timbul anekdot di kalangan mantan anggota Lekra "DN Aidit yang merupakan salah satu pendiri Lekra dan orang nomor satu PKI tidak mampu meng komunis kan Lekra tetapi Soeharto bisa"
Kembali pada kisah Soedharnoto, sang penggubah "Garuda Pancasila". Lelaki kelahiran Kendal, 24 Oktober 1925, jebolan Fakultas Kedokteran UI (hingga tingkat dua) dan merupakan salah satu komponis besar di era Soekarno.
Pernah menjadi pengasuh acara di RRI Jakarta kemudian diberhentikan dari jabatannya karena keterlibatan di Lekra, sempat mencicipi sebagai tapol di Rumah Tahanan Salemba dan setelah dibebaskan, Sudharnoto menjadi penyalur es di Pabrik Es, Petojo. Tahun 1969, Sudharnoto beralih profesi lagi menjadi supir taksi kemudian menjadi pianis di restoran LCC dan Shangrilla.
Sudharnoto juga terkenal sebagai illustrator untuk musik film, dan sempat meraih piala Citra pada FFI tahun 1979 dalam film "Kabut Sutra Ungu" dan FFI tahun 1983 dalam film "Kartini", kedua film tersebut arahan Sjuman Djaja . Selama hidupnya Sudharnoto telah menjadi illustrator musik untuk lebih 39 film sejak tahun 1958 (Djuara Sepatu Roda) hingga tahun 1996 (Amrin Membolos).
Nasib beliau masih lebih beruntung dibandingkan beberapa seniman anggota Lekra lainnya dan budayawan serta seniman Banyuwangi pengarang lagu "Genjer-genjer", M. Arif, yang hingga kini tidak ketahuan nasibnya setelah pembersihan anggota PKI.
Bahkan lagu gubahan beliau "Garuda Pancasila" menjadi lagu penyemangat era Orde Baru dalam propaganda anti komunisme dan menjadi salah satu lagu doktrin ideologi Orde Baru.
Sungguh ironi memang bahwa lagu "Garuda Pancasila" yang menjadi lagu doktrin Orde Baru ternyata digubah oleh anggota Lekra yang dianggap oleh Orde Baru sebagai antek komunis. Sudharnoto wafat pada tanggal 11 Januari 2000 dalam usia 74 tahun.
Sumber :
1. Kamus Gestok (Hesri Setiawan, Galang Press, 2003)
2. Majalah Tempo edisi Oktober 2013
3. http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=638457f44085
4. http://www.sinematekindonesia.com/index.php/kronika/listdata/page/80
* Maju Sukarelawan
* Garuda Pancasila (diubah tahun 1956).
Sungguh ironis sekali kisah Sudharnoto, sang penggubah "Mars Pancasila" atau sekarang yang lebih dikenal sebagai lagu "Garuda Pancasila".
Pada saat Orde Baru berkuasa, Sudharnoto termasuk salah satu dari banyak seniman yang menjadi tahanan politik karena dianggap sebagai anggota parpol terlarang saat itu yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI), hal ini dikarenakan Sudharnoto termasuk salah satu Anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah organisasi "underbow" atau menginduk pada PKI.
Padahal masih menjadi perdebatan hingga kini, apakah Lekra memang underbow PKI atau bukan, karena Njoto sebagai salah satu penggagas Lekra (meski Njoto sendiri adalah salah satu pembesar PKI) tetapi dia sendiri menolak untuk memasukkan Lekra sebagai underbow PKI, dan karena itu sempat timbul ketidak harmonisan antara Dipa Nusantara (DN) Aidit sebagai ketua CC PKI dan Njoto yang menjabat Wakil Ketua CC PKI saat itu.
Tetapi uniknya di saat Orde Baru, Lekra dianggap sebagai underbow PKI, hingga timbul anekdot di kalangan mantan anggota Lekra "DN Aidit yang merupakan salah satu pendiri Lekra dan orang nomor satu PKI tidak mampu meng komunis kan Lekra tetapi Soeharto bisa"
Kembali pada kisah Soedharnoto, sang penggubah "Garuda Pancasila". Lelaki kelahiran Kendal, 24 Oktober 1925, jebolan Fakultas Kedokteran UI (hingga tingkat dua) dan merupakan salah satu komponis besar di era Soekarno.
Pernah menjadi pengasuh acara di RRI Jakarta kemudian diberhentikan dari jabatannya karena keterlibatan di Lekra, sempat mencicipi sebagai tapol di Rumah Tahanan Salemba dan setelah dibebaskan, Sudharnoto menjadi penyalur es di Pabrik Es, Petojo. Tahun 1969, Sudharnoto beralih profesi lagi menjadi supir taksi kemudian menjadi pianis di restoran LCC dan Shangrilla.
Sudharnoto juga terkenal sebagai illustrator untuk musik film, dan sempat meraih piala Citra pada FFI tahun 1979 dalam film "Kabut Sutra Ungu" dan FFI tahun 1983 dalam film "Kartini", kedua film tersebut arahan Sjuman Djaja . Selama hidupnya Sudharnoto telah menjadi illustrator musik untuk lebih 39 film sejak tahun 1958 (Djuara Sepatu Roda) hingga tahun 1996 (Amrin Membolos).
Nasib beliau masih lebih beruntung dibandingkan beberapa seniman anggota Lekra lainnya dan budayawan serta seniman Banyuwangi pengarang lagu "Genjer-genjer", M. Arif, yang hingga kini tidak ketahuan nasibnya setelah pembersihan anggota PKI.
Bahkan lagu gubahan beliau "Garuda Pancasila" menjadi lagu penyemangat era Orde Baru dalam propaganda anti komunisme dan menjadi salah satu lagu doktrin ideologi Orde Baru.
Sungguh ironi memang bahwa lagu "Garuda Pancasila" yang menjadi lagu doktrin Orde Baru ternyata digubah oleh anggota Lekra yang dianggap oleh Orde Baru sebagai antek komunis. Sudharnoto wafat pada tanggal 11 Januari 2000 dalam usia 74 tahun.
Sumber :
1. Kamus Gestok (Hesri Setiawan, Galang Press, 2003)
2. Majalah Tempo edisi Oktober 2013
3. http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/profile/profile.php?pid=638457f44085
4. http://www.sinematekindonesia.com/index.php/kronika/listdata/page/80
0 komentar:
Posting Komentar