PERISAI MUKMIN CHANNEL YOUTUBE

Berbagi kumpulan shalawat Nabi dan dzikir yang sangat baik di amalkan dalam kehidupan sehari hari

MP3 LAGU-LAGU PRAMUKA

Lagu-lagu pramuka yang ber-irama cerdas dan riang selalu setia menemani anggota pramuka, baik pada saat latihan rutin maupun berkemah, mengajak generasi bangsa untuk selalu memiliki jiwa dan keyakinan yang mantap dalam mengisi pembangunan nasional.

MP3 LAGU ANAK INDONESIA

Lagu anak Indonesia walaupun lirik lagunya singkat tapi isinya syarat dengan pesan orang tua terhadap anaknya. Bagi ada yang mempunyai anak kecil, sangat baik jika menguasai lagu-lagu khusus untuk anak-anak karena disamping liriknya mudah diingat juga lagu lagu tersebut mengandung pesan moral yang baik bagi anak kita tercinta.

MP3 LAGU DAERAH NUSANTARA INDONESIA

Nusantara Indonesia yang bergitu luas terdiri dari beragam macam etnis dan suku budaya yang masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya. Salah satu budaya daerah yang selalu menjadi kebanggaan daerah masing-masing bahkan menjadi kebanggaan nasional adalah berupa Lagu Daerah.

MP3 LAGU PERJUANGAN DAN WAJIB NASIONAL

Lagu atau musik perjuangan ialah lagu yang membangkitkan semangat persatuan untuk melawan penjajah. Mengingat, mengenang, memperkenalkan kepada generasi muda bangsa indonesia bagaimana semangat dan perjuangan pahlawan-pahlawan yang telah berjasa membela negara di masa lampau.

JELAJAH WISATA DI INDONESIA

Indonesia kaya akan Keindahan alamnya, masing-masing punya pesona dan keistimewaan khas tersendiri yang tak akan dapat ditemukan di belahan bumi manapun. Tidak hanya itu, tempat wisata buatan pun juga ikut meramaikan bursa tempat wisata pilihan di indonesia. Dengan mengetahuinya kita akan tertarik, namun dengan menyaksikannya langsung akan membuat decak kagum terpesona.

77 WARISAN BUDAYA INDONESIA

Indonesia sebagai bangsa yang besar dan memiliki keanekaragaman suku dan budaya memiliki jutaan warisan karya kebudayaan yang perlu dijaga dan dilestarikan oleh seluruh anak bangsa, seringnya budaya milik indonesia yang diklaim sebagai budaya asli negara lain.

Minggu, 16 Maret 2025

Sejarah Gayo

sejarah gayo
SENGEDA
Raja Sengeda menikah dengan seorang janda yang bernama Cut Meurah Ati. Cut Meurah Ati merupakan putri dari Teuku Cik Ahmad dari Kerajaan Meureudu di Aceh Pidie. Cut Meurah Ati sebelumnya telah memiliki dua orang Putra yaitu Empu Kolak dan Panglima Perang Dagang. 

Sebelum prosesi pernikahan, Sengeda berjanji kepada dua orang putra tirinya, bahwa kelak jika sudah sampai waktunya, mereka akan diserahi jabatan raja di daerah Bukit. Namun beberapa tahun kemudian pernikahan Sengeda dengan Cut Meurah Ati membuahkan keturunan yang diberi nama Menet.

Karena jumlah penduduk di Bukit semakin bertambah maka akhirnya ditetapkanlah ketiga anak dari Sengeda menjadi pembantu Kejurun. Empu Kolak diangkat sebagai menteri pertanahan, Panglima Perang Dagang didaulat sebagai Panglima Kejurun Bukit, sedangkan Menet dipercaya sebagai menteri urusan pemerintahan. Selain itu diangkat pula Lanang Berjeje sebagai penasehat Kejurun. 

Setelah ketiga putranya sudah semakin berusia dewasa, maka akhirnya Empu Kolak diangkat sebagai Reje Gunung, Panglime Perang Dagang diangkat sebagai Reje Bukit Lah, sedangkan Menet diangkat sebagai Reje Bukit Iwih. Mereka semua tetap mengakui Kekuasaan Ayahnya, diatas kekuasaan mereka.

Ref: 
-Dien Madjid, Sejarah Sosial Gayo Abad XIV-XVII M, MaharaPublishing, 2020.
-IPKK, Ekpedisi Kerajaan Linge, Buntul Linge dan Gerpa, 2022.
sejarah gayo

Ilmu Kebal Letnan Komarudin

ILMU KEBAL LETNAN KOMARUDIN
Letnan Komarudin atau yang memiliki nama asli Eli Yakim Teniwut, adalah salah satu prajurit yang dikenal dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret.

Letnan Komarudin juga dikenal sebagai sosok yang kebal peluru. Letnan Komarudin adalah komandan peleton di SWK 101, Brigade X pimpinan Mayor Sardjono (saat itu anak buah Letnan Kolonel Soeharto).

Sebelumnya, Komarudin adalah mantan prajurit PETA. Pria kelahiran Maluku Tenggara ini dikenal sebagai sosok yang kebal peluru oleh anak buahnya. Kisah ini sering diceritakan oleh para mantan anak buahnya.

Dalam setiap pertempuran yang dilaluinya, Letnan Komarudin selalu dikenal sebagai sosok yang pemberani dan kebal peluru. Ketika memimpin serangan terhadap tentara Belanda, Letnan Komarudin sering kali maju menyerang sendirian.

Menariknya, meskipun pasukan Belanda terus meluncurkan pelurunya, tapi tak ada satupun yang mengenai Letnan Komarudin.

“Entah mungkin karena nasib Komarudin waktu itu belum waktunya atau betul-betul karena dia anti peluru. Tapi yang jelas Komarudin tidak mati,” ungkap Hendi Jo, seorang sejarawan.

Anak buahnya menyebut Letnan Komarudin kebal peluru karena diyakini memiliki garis keturunan dari Bantengwareng, salah satu panglima perang Pasukan Diponegoro. 

Berkat darah keturunan dari orang-orang sakti tersebut, banyak anggota pasukannya percaya bahwa ia kebal terhadap senjata apa pun.

Sejarah Lahirnya Kota Ambon

Sejarah Lahirnya Kota Ambon: Anomali Kelahiran Kotaku

Oleh : M. Azis Tunny

Pada kenyataannya, fakta tentang kelahiran Ambon yang dilegitimasi sekelompok intelektual dalam forum akedimis Universitas Pattimura (Universitas Pattimura) tahun 1972, adalah sebuah penyimpangan sejarah yang dilakukan secara sadar karena ditetapkannya 7 September sebagai hari ulang tahun kota Ambon.

Sejarawan dan para intelektual Maluku bersepakat bahwa peristiwa dibangunnya benteng Portugis “Nossa Senhora de Anunciada” menjadi cikal bakal berdirinya kota Ambon. Benteng yang kini dikenal dengan nama Nieuw Victoria itu menjadi entitas yang mengawali tapak sejarah Ambon. Lebih dari empat abad lamanya.

Sebagai benteng Portugis yang kental dengan tradisi Katolik, panglima armada Portugis di Maluku, Sancho de Vasconcelos, memilih tanggal peletakan batu pertama benteng bertepatan dengan “pesta anunsiasi” yang dalam tradisi Katolik diperingati sebagai Hari Acunciada, saat dimana Maria diberi kabar suka-cita oleh malaikat Gabriel tentang kelahiran Yesus. Benteng ini juga diberi nama sesuai peringatan liturgis itu “ Nossa Senhora de Anunciada ”, atau dapat diartikan “Benteng Bunda Kita yang Diwartakan Kabar Gembira.”.

Bukan alasan tanpa Portugis memilih 25 Maret untuk pembangunan Benteng Anunciada. Dalam antropologi bangsa yang tunduk kepada Kepausan Roma itu, filsafat sosiologi Portugis tak bisa dilepas-pisahkan dari spritualitas Kekatolikan.

Antropologi populer menyatu dengan filsafat sosial ini, “Jika bukan Tuhan yang membangun rumah sia-sialah orang yang membangunnya”. Keyakinan antropologis tersebut begitu nyata dalam praktik kaum Portugis menyelaraskan pembangunan pada perayaan-perayaan keagamaan.

Dasar antropologis ini juga terlihat dalam pembangunan benteng-benteng lain di Maluku. Benteng João Bautista (St. John) dibangun tahun 1522 di Ternate dengan memilih perayaan hari St. Johanes Pembaptis yang jatuh pada 24 Juni. Oleh Panglima Ternate António de Britto, benteng ini disebut Nossa Senhora del Rosario (Benteng Ratu Rosario), yang kelak menjadi Benteng São Paolo

Portugis membangun benteng Dos Reis Magos (Tiga Raja atau Majus Bijaksana) di Tidore pada 6 Januari 1576 mengikuti perayaan liturgi “Tiga Raja dari Timur Mengunjungi Bayi Yesus di Betlehem.” Pesta ini jatuh pada tanggal 6 Januari. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa Portugis menempatkan hari berdirinya Nossa Senhora da Anunciada pada tanggal 25 Maret (1576) sebagai Hari Anunciada (H. Jacobs, 1974).

Pada kenyataannya, fakta tentang kelahiran Ambon yang dilegitimasi sekelompok intelektual dalam forum akedimis Universitas Pattimura (Universitas Pattimura) tahun 1972, adalah sebuah penyimpangan sejarah yang dilakukan secara sadar karena ditetapkannya 7 September sebagai hari ulang tahun kota Ambon.

Keputusan ini menjadikan Ambon sebagai satu-satunya kota di dunia yang kelahirannya begitu anomali. Tanggalnya diambil dari peristiwa yang berbeda dari tahunnya.

Kesalahan sejarah ini terjadi pada masa Walikota Ambon, Matheos H. Manuputty (Walikota Ambon ke-9) yang membentuk dan mengangkat panitia khusus sejarah kota Ambon dengan tugas menggali dan menentukan hari lahir kota Ambon.

Seminar ini juga dimotori Keguruan Fakultas Unpatti pada tanggal 14 hingga 17 Nopember 1972, dengan ketua Drs. John Sitanala (Dekan Fakultas Keguruan Unpatti), wakil ketua Drs. John A. Pattikayhatu (Ketua Jurusan Sejarah Unpatti), dan Sekretaris Drs. ZJ Latupapua (Sekretaris Fakultas Keguruan Unpatti).

Seminar lalu menetapkan hari lahir Kota Ambon jatuh pada tanggal 7 September 1575. Untuk pertama kalinya HUT Kota Ambon diperingati pada tanggal 7 September 1973, setahun setelah seminar membuat keputusan itu. Tahun 1575 diambil sebagai patokan berdirinya kota Ambon berdasarkan fakta-fakta sejarah yang dikemukakan dalam seminar bahwa pada tahun tersebut dimulainya pembangunan benteng “Kota Laha” di dataran Honipopu. Benteng Portugis yang bernama asli “Nossa Senhora de Anunciada”.

Sedangkan penetapan 7 September didasari peninjauan sejarah bahwa pada tanggal 7 September 1921, masyarakat Ambon diberikan hak yang sama dengan Pemerintah Kolonial Belanda, untuk menentukan Pemerintahan Kota melalui wakil-wakilnya di Gemeeteraad (Dewan Kota) berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal pada tanggal 7 September 1921 (Staatblad 92 Nomor 524) yang mengartikulasi kemandirian kota Ambon. Dari sini kemudian ditetapkan sebagai hari berdirinya kota Ambon

Dokumen Portugis dan Gereja Katolik menunjukkan fakta lain, yang justru menyajikan bukti sejarah sekaligus memvalidasi hari bersejarah Ambon. Surat Kapten Estevão Teixeira de Macedo tertanggal 2 Juni 1601 perihal berdirinya kota yang juga disebut Cidade de Amboino (Kota Amboina atau Ambon). De Macedo adalah Kapten “Nossa Senhora da Anunciada” sebelum kapten terakhir Gaspar de Melo yang menyerahkan benteng ini kepada Belanda tahun 1605 karena kalah perang.

Dalam surat yang tersimpan di Saville (Spanyol) itu, de Macedo menulis bahwa entitas awal kota Amboina adalah pada tanggal 25 Maret 1576, ketika batu pertama “Nossa Senhora da Anunciada” terletak di tepi teluk bernama Honipopu. Saksi mata abad ke-17 dan ke-18, baik Rumphius, Valentijn dan Rijali, menyebutkan, penduduk pulau Ambon ketika itu lebih mengenal Benteng Portugis itu dengan sebutan “Kota Laha” yang berarti benteng (kota) di teluk (laha).

Merujuk pada dua momentum yang berbeda baik tanggal maupun tahun kelahiran kota Ambon, tentu saja keotentikan sejarahnya perlu ditinjau kembali.

Hasil keputusan seminar buah pikir manusia tentu masih bisa diubah, mengingat sifatnya tidak final. Sejarah yang nantinya kita wariskan kepada anak-cucu sebaiknya sebuah kebenaran, bukan rekayasa dan pemutar-balikan fakta.

Otentitas sejarah yang bebas nilai dan kepentingan sangatlah penting, bukan saja pada tataran teoritis dan pertanggungjawaban intelektualitas, tetapi juga pemaknaan dan aktualisasinya.

Kebohongan sejarah yang telah kita ketahui bersama sudah memunculkan kesadaran kritis secara kolektif untuk mengoreksinya. Bukan membiarkan, apalagi mengakuinya sebagai sebuah kebenaran.

Filsuf Jerman Georg Gadamer yang terkenal dengan karyanya Kebenaran dan Metode (Wahrheit und Methode) menegaskan, masa lalu sebagai arus bagi manusia bergerak dan berpartisipasi dalam setiap tindakan pemahaman. Pemahaman tersebut dapat diartikan pemahaman dalam arti luas, seperti pemahaman sebagai makhluk berbudaya yang memiliki cara berpikir dalam menangkap segala peristiwa.

Bila manusia kehilangan sejarahnya, maka manusia itu tidak memiliki pemahaman mengenai dirinya. Sejarawan Arthur Marwick Menyebutkan kelompok masyarakat tersebut akan mengambang tanpa memiliki pengetahuan diri.

Penulis Rusia, Marxim Gorki mengatakan “rakyat harus mengetahui sejarahnya”. Mengapa kita berbicara tentang sejarah? Jawabnya, karena sejarah menentukan pemahaman mengenai keberadaan dan perkembangan kita.

Lalu, bagaimana dengan keberadaan sejarah kita yang sementara menjadi menghuni kota bernama Ambon ini? Kalau sejarah awalnya sudah menyimpang, bagaimana kita bisa menulis sejarah Ambon secara benar setelah itu?

Saran penulis untuk kita mengoreksi sejarah kelahiran kota Ambon yang anomali ini adalah dengan tidak merayakan atau memperingati HUT Ambon tanggal 7 September, bukan saja tahun ini tetapi juga pada tahun-tahun mendatang. Pemerintah Ambon sudah saatnya menggali kembali fakta dan kebenaran sejarah dengan tidak membiarkan sebuah kesalahan melegitimasi hakekat dari keberadaan kota manise ini. 

Penulis adalah Direktur Lembaga Studi Politik dan Demokrasi (LSPD)

Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa
SULTAN AGENG TIRTAYASA ATAU LEBIH DIKENAL PANGERAN SURYA ADALAH SALAH SATU TOKOH PAHLAWAN DARI KESULTANAN NUSANTARA YANG MELAWAN PENJAJAH VOC

Sulthan Maulana Syarif 'Abdul-Fattah al-Mafaqih atau Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Haji (lahir di Kesultanan Banten, 1631 – meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 1692 pada umur 60–61 tahun) adalah sultan Banten ke-6. Ia naik takhta pada usia 20 tahun menggantikan kakeknya, Sultan Abdul Mafakhir yang wafat pada tanggal 10 Maret 1651, setelah sebelumnya ia diangkat menjadi Sultan Muda dengan gelar Pangeran Adipati atau Pangeran Dipati, menggantikan ayahnya yang wafat lebih dulu pada tahun 1650.

BIOGRAFI
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sulthan Abul Ma'ali Zakaria (Sultan Banten periode 1640–1650) dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, kemudian ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia pada tanggal 10 Maret 1651, ia diangkat sebagai Sultan Banten ke-6 dengan gelar Sulthan 'Abdul-Fattah al-Mafaqih.

Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).

PEMERINTAHAN
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Banten mencapai masa kejayaanya. Ia berusaha keras melakukan modernisasi terhadap Banten dan menjadikannya sebagai pusat kegiatan Muslim di Kepulauan Indonesia. Dia mengirim putranya ke Mekah dengan perintah untuk pergi dari sana ke Turki dengan harapan dapat menjalin hubungan baik dengan kekuatan utama Islam. Pada saat itu juga, ia dan putranya mencoba menghimpun pengikut di kalangan para penasihat dan petualang Eropa. Prestasi terbesar dalam pemerintahannya adalah penataan perdagangan luar negeri. Seperti raja Makassar, ia menyambut baik pedagang dari Britania, Denmark, Prancis di pelabuhan-pelabuhannya. Melalui bantuan-bantuan orang Eropa ini dia mulai melengkapi kapal-kapalnya sendiri yang dibawa nahkoda asal Eropa berlayar ke Filipina, Makau, Benggala, dan Persia. Saudagar-saudagar India, Cina, dan Arab berkumpul di Banten setelah tersingkir dari Malaka dan Makassar. Barang dagangan yang dijual di pasar Batavia sebagian datang dari pelabuhan pesaing di Banten dan gengsi Sultan Tirtayasa naik begitu tinggi sehingga ia menuntut bagian dalam perdagangan pala di Ambon dan dalam perdagangan timah di Semenanjung Malaya, sebuah tuntutan yang ditolak oleh pemerintah di Batavia. Sebelumnya, bahkan bukan di zaman sebelum kedatangan Portugis, perdagangan yang begitu luas terjadi di suatu pelabuhan Indonesia seperti di Banten pada waktu di mana VOC sedang berada di puncak kekuatannya.

PERJUANGAN
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651–1683. Dia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Pada masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten. Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia (Nusantara). Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi. Di bidang keagamaan, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti sekaligus penasehat kesultanan. Ia juga memberikan kepercayaan kepada Syekh Yusuf untuk mendidik anak-anaknya tentang agama. Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga menikahkan putrinya yang bernama Siti Syarifah dengan Syaikh Yusuf. Ketika terjadi sengketa dengan putra mahkota, Sultan Haji , Belanda ikut campur dengan cara bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan Saint-Martin.

HUBUNGAN DIPLOMATIK
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten aktif membina hubungan baik dan kerjasama dengan berbagai kesultanan di sekitarnya, bahkan dengan negara lain di luar Nusantara. Banten menjalin hubungan dengan Turki, Inggris, Aceh, Makassar, Arab, dan kerajaan lain.

Banten dan kerajaan Nusantara lain
Sekitar tahun 1677, Banten mengadakan kerjasama dengan Trunojoyo yang sedang memberontak terhadap Mataram. Tidak hanya itu, Banten juga menjalin hubungan baik dengan Makassar, Bangka, Cirebon dan Inderapura.

Banten dan Prancis
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil menjalin hubungan dagang dan kerja sama dengan pedagang-pedagang Eropa selain Belanda, seperti Inggris, Denmark, dan Prancis.

Pada tahun 1671, Raja Prancis Louis XIV mengutus François Caron, pimpinan Kongsi Dagang Prancis di Asia sekaligus pemimpin armada pelayaran ke Nusantara. Setelah mendarat di pelabuhan Banten, ia diterima oleh Syahbandar Kaytsu, seorang Tionghoa muslim. Pada 16 Juli 1671, raja didampingi oleh beberapa pembesar kerajaan mendatangi kediaman orang-orang Prancis di kawasan Pecinan. Caron meminta izin untuk membuka kantor perwakilan di Banten. Hal itu berangkat dari pengalaman Caron yang pernah bekerja pada VOC dan berambisi membuat kongsi dagang Prancis sebesar VOC. Raja kemudian menanyakan tujuan kongsi dagang mereka, ke mana tujuan kapal-kapal mereka, barang dagangan yang diinginkan, dan jumlah uang tunai yang mereka miliki. Sesudah itu pihak Prancis berusaha menjual barang muatan mereka. Barang-barang dagangan apa saja dapat dijual, kecuali candu yang dilarang keras beredar di Banten.

Caron kembali mengunjungi raja dan menghadiahkan getah damar, dua meja besar (yang dibawa dari Surat, India), dua belas pucuk senapan, dua jenis mortir, beberapa granat, dan hadiah lain.

Caron dan Gubernur Banten kemudian menyetujui perjanjian yang berisi sepuluh kesepakatan mengenai pemberian kemudahan dan hak-hak khusus kepada pihak Prancis, sama dengan yang diberikan kepada pihak Inggris.

Banten dan Inggris
Hubungan baik antara Inggris dan Banten sudah terjalin sejak lama, salah satunya adalah ketika Sultan Abdul Mafakhir mengirimkan surat ucapan selamat pada tahun 1602 kepada Kerajaan Inggris atas dinobatkannya Charles I sebagai Raja Inggris. Sultan Abdul Mafakhir juga memberikan izin kepada Inggris untuk membuka kantor dagang. Bahkan, Banten menjadi pusat kegiatan dagang Inggris sampai akhir masa penerintahan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1682, karena saat itu terjadi perang saudara antara Sultan dengan putranya, Sultan Haji. Sultan Haji meminta bantuan Belanda, sedangkan Sultan Ageng Tirtayasa diketahui meminta bantuan dari Kerajaan Inggris untuk melawan kekuatan anaknya itu.

Pada 1681, Sultan Haji mengirim surat kepada Raja Charles II. Dalam suratnya, dia berminat membeli senapan sebanyak 4.000 pucuk dan peluru sebanyak 5.000 butir dari Inggris. Sebagai tanda persahabatan, Sultan Haji menghadiahkan permata sebanyak 1757 butir. Surat ini juga merupakan pengantar untuk dua utusan Banten bernama Kiai Ngabehi Naya Wipraya dan Kiai Ngabehi Jaya Sedana. Tidak lama kemudian, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim surat kepada Raja Charles II meminta bantuan berupa senjata dan mesiu untuk berperang melawan putranya yang dibantu VOC.

KELUARGA SULTAN
Sultan Ageng Tirtayasa memiliki 18 orang putera:
1.Sultan Abu Nashar Abdulqahar
2.Pangeran Arya Purbaya
3.Tubagus Abdul
4.Tubagus Rajaputra
5.Tubagus Husaen
6.Tubagus Ingayudadipura
7.Raden Mandaraka
8.Raden Saleh
9.Raden Rum
10.Raden Sugiri
11.Raden Muhammad
12.Tubagus Rajasuta
13.Raden Muhsin
14.Arya Abdulalim
15.Tubagus Muhammad Athif
16.Tubagus Wetan
17.Tubagus Kulon
18.Raden Mesir

Sejak masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, gelar-gelar kebangsawanan Banten ditertibkan: Sultan untuk raja, Pangeran Ratu untuk putra mahkota atau pewaris takhta pertama, Pangeran Adipati untuk pewaris takhta kedua atau adik Pangeran Ratu. Gelar Pangeran Ratu berkembang menjadi Tubagus sementara Pangeran Adipati berkembang menjadi Adipati MAS. Keturunan Tubagus menyebar di daerah Banten / Jawa Barat sementara keturunan Adipati MAS menyebar di Surabaya / Jawa Timur. Di Pemakaman Boto Putih pembagian ini menjadi dasar pembagian kawasan Kasepuhan dan Kanoman.

KEMATIAN & GELAR PAHLAWAN
Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Tirtayasa.

Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.

Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

KESULTANAN NUSANTARA YANG MELAWAN PENJAJAH VOC
KESULTANAN NUSANTARA

Trisakti Kunci Kedaulatan Kemajuan Indonesia

Bung Karno
“TRISAKTI: KUNCI KEDAULATAN & KEMAJUAN INDONESIA”

Sebuah bangsa yang benar-benar merdeka dan berdaulat harus memiliki tiga pilar utama: kedaulatan dalam politik, kemandirian dalam ekonomi, dan kepribadian dalam budaya. Inilah gagasan Trisakti yang dicetuskan oleh Ir. Soekarno yaitu sebuah konsep yang menjadi fondasi utama bagi Indonesia untuk berdiri tegak di tengah percaturan dunia.
Namun, memahami Trisakti bukan sekadar menghafal tiga prinsip tersebut. Soekarno menekankan bahwa ilmu pengetahuan modern serta pemahaman sejarah kebudayaan bangsa adalah kunci untuk benar-benar menginternalisasi gagasan ini. Dengan pemahaman yang mendalam, bangsa Indonesia dapat membangun kekuatan nasional, karakter bangsa, dan arah pembangunan yang jelas.
Lebih dari sekadar konsep, Trisakti adalah panduan strategis bagi Indonesia untuk berinteraksi dengan dunia internasional dengan penuh harga diri dan martabat. Bukan bangsa yang tunduk atau bergantung pada kekuatan asing, tetapi bangsa yang percaya diri dalam menjalin kerja sama ekonomi, politik, dan budaya dengan negara-negara besar secara adil dan menguntungkan.
Di tengah tantangan zaman, Trisakti tetap relevan. Konsep ini menjadi solusi bagi berbagai problematika sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi Indonesia. Namun, membangun karakter bangsa bukanlah perkara mudah. Soekarno mengingatkan bahwa memperbaiki mental dan moral jauh lebih sulit daripada memperbaiki kerusakan material.
Maka, REVOLUSI adalah kunci perubahan! Revolusi bukan sekadar keluhan atau ratapan, tetapi aksi nyata dan ide besar yang terus berkembang sesuai dengan zaman. Perjuangan tidak boleh berhenti, Indonesia harus terus bergerak maju, mencari solusi, dan mengukir sejarah dengan semangat perjuangan yang tidak pernah padam!

Joko Tole Kontraktor Proyek Pintu Gerbang Besi Di Majapahit

JOKO TOLE, KONTRAKTOR PROYEK PINTU GERBANG BESI DI MAJAPAHIT

Joko Tole adalah salah satu Raja dari Kerajaan Sumenep Madura yang kisahnya banyak ditemui dalam legenda masyarakat Madura, Raja ini juga dikisahkan piawai dalam membuat senjata dan pandai dalam ilmu perang.

Joko Tole adalah Raja Sumenep ke 13 yang memerintah pada Tahun 1415 hingga1460 Masehi, ia merupakan anak Raja Sumenep ke 12 yang bernama Adipodai  atau Panembahan Wirakrama (1399-1415 ). Sementara ibunya bernama Potre Koneng, merupakan putri dari  Raden Agung Rawit.

Panembahan Wirakrama menikahi Potre Koneng terjadi sebelum menggantikan kedudukan ayahnya Panembahan Blingi (1386-1415). Kala itu Potre Koneng dalam keadaan mengandung.

Pernikahan Panembahan Wirakrama dengan Potre Koneng didahuli dengan kisah kehamilan Potre Koneng sebelum menikah. 

Sumber legenda menyebutkan bahwa Potre Koneng mengandung anak Panembahan Wirakrama diakibatkan oleh hubungan badan secara gaib, namun hal tersebut tidak dipercayai oleh kebanyakan orang, mereka menganggap anak dalam kandungan Potre Koneng merupakan anak haram, sehingga ketika Potre Koneng melahirkan,  ia menaruhnya di tengah Hutan. Anak itu kelak ditemukan dan di asuh oleh Mpu Kalleng. Ketika besar anak tersebut dikenal dengan nama “Joko Tole”.

Meskipun mulanya sebagai anak yang terbuang, pada akhirnya Joko Tole diakui sebagai anak sah dari pasangan Panembahan Wirakrama dan  Potre Koneng, ia dipulihkan hak-haknya, bahkan dijadikan sebagai Putra Mahkota Kerajaan Sumenep.

Sejak ditemukan di hutan, Joko Tole menjadi tanggung jawab dan pengawasan Mpu Kalleng, ia diangkat anak oleh sang Mpu. Waktu itu Mpu Kalleng merupakan salah satu Pandai Besi yang terkenal di Sampang, ia dikenal sebagai pandai besi yang handal dalam membuat alat-alat pertanian hingga senjata.

Sejak dari Kanak-kanak,  Joko Tole senang memperhatikan Mpu Kelleng saat bekerja membuat alat-alat pertanian dari besi. Ketika Joko Tole ingin membantu ayah angkatnya, Mpu Kelleng kerap melarangnya. Sang Mpu takut anak angkatnya yang masih kecil itu terluka.

Suatu ketika,  saat Mpu Kelleng pergi beistirahat, Joko Tole mencoba membuat senjata dan alat-alat lainnya dari besi, hasilnya ternyata bagus. Maka setelah Mpu Kelleng mengetahui hasil karya Joko Tole, ia sangat gembira sekaligus mengagumi hasil karya anak angkatnya, ia pun mengizikan Joko Tole berkreasi di tempat kerjanya.

Dikemudian hari, Joko Tole menjelma menjadi seorang yang ahli dalam membuat alat-alat dari besi, bahkan ia juga mampu membuat keris yang baik, Keris itu kelak dikenal dengan nama “Jennengan Pakadangan”.

Kerajaan Sumenep kala itu adalah Kerajaan bawahan Majapahit yang pusat pemerintahannya terdapat di Pulau Jawa. Untuk mengasah kemampuan serta menambah wawasan Joko Tole pergi ke Ibu Kota Kerajaan Majapahit, ia mencoba mengadu nasib.

Sesampianya di Majapahit,  ternyata Kerajaan sedang mengerjakan proyek pembangunan pintu gerbang kerajaan yang terbuat dari besi, namun dari pintu gerbang besi yang telah dibuat tidak ada satupun yang disukai Raja, sehingga Raja mengumumkan Sayambara pembuatan Pintu Gerbang dari besi kepada rakyatnya.

Joko Tole yang merasa ahli membuat alat-alat dari besi berkat didikan Mpu Kalleng menjadi tertantang, iapun akhirnya mengikuti Syambara dan benar saja hasil karyanya disukai Raja, sehingga akhirnya Joko Tole diberi hadiah berupa kedudukan yang lumayan terhormat di Majapahit.

Pahlawan Aceh yang tidak dikenal, namun jasanya sangat besar untuk negara

Muhammad Daud  Syah, sultan atau raja terakhir dari Kesultanan Aceh Darussalam
Pahlawan yang tidak dikenal, namun jasanya sangat besar untuk negara.

Beliau adalah Muhammad Daud  Syah, sultan atau raja terakhir dari Kesultanan Aceh Darussalam.

Di masa-masa akhir kekuasaannya, beliau dipaksa untuk menandatangani surat penyerahan kedaulatan Aceh kepada Belanda. Namun Ia menolak dan terus memimpin perlawanan terhadap Belanda.

Sampai akhirnya beliau menyerahkan diri bersebab istri dan anaknya diculik Belanda. Setelah menyerah, beliau dibuang ke Ambon, lalu dipindahkan lagi ke Batavia. Sampai akhir hayatnya beliau tidak diizinkan kembali ke tanah kelahiran dan meninggal di Batavia (Sekarang Jakarta)

Kisahnya sedikit sama dengan Cut Nyak Dien yang juga mesti wafat jauh dari kampung halaman.

Sesaat setelah membaca dari berbagai sumber, saya termenung.

Kenapa saya baru tau? Kenapa informasi tentang beliau tidak semasif sejarah tentang pahlawan lain? Atau bahkan kenapa beliau tidak ditetapkan sebagai pahlawan nasional?

Beliau rela dibuang demi martabat tanah airnya dan meninggalkan tahta tingginya demi kita. Tapi kita bahkan tak tau dia siapa!

#sejarah

Rumah adat Karo dalam mata uang

Rumah adat Karo
Rumah adat Karo dalam mata uang

KEMBALI MENGINGATKAN.. GAMBAR RUMAH  ADAT DI GAMBAR UANG 5 RUPIAH SERI DAI NIPPON TEIKOKU SEIHU.

Menurut pendapat para kolektor dikatakan bahwa uang ini Bergambar rumah adat Minangkabau dan seorang wanita dengan pakaian adat Minangkabau di bagian belakang. Nomor seri SM. 

Di sini saya hendak menyampaikan Pendapat berdasarkan Buku indah berjudul "Former Point of View, Postcards & Literary Passage From Pre-Independence Indonesia", sesuai dengan judulnya, berisi 80 gambar 'Kartupos Kuno' ukuran sebenarnya, plus 16 gambar ukuran kecil, lengkap dengan keterangan mengenai gambar kartuposnya, termasuk lokasi, waktu, pemilik, dan sejarahnya. 

Buku indah ini diterbitkan oleh Yayasan Lontar, pada th. 1995, hard cover dengan sarungnya, berukuran 26.5 x 25 cm, 168 halaman.

Seluruh kartupos sebenarnya hanya hitam putih, tapi ada yang diwarnai dengan tangan, misalnya kartupos 'Kelompok Pejuang Aceh, 'Penghisap Opium', Departement Store, 'Brastagi dan Sibayak' dan yang di cover 'The Ruler of Bone and his Retinue'. 

Tampaknya memang seperti gambar rumah adat Minangkabau pada uang 5 Rupiah Seri Dai Nippon tapi sebelum kita menyimpulkan rumah apa sebenarnya pada uang seri jepang itu marilah kita buka buku Former Point of View, Postcards & Literary Passage From Pre-Independence Indonesia  pada salah satu halamannya yang memuat tentang kartu Pos sebelum kemerdekaan Indonesia atau pada zaman Nederlandsch Indie pada gambar dibawah. 

Menurut Keterangan pada halaman buku tersebut tentang sebuah kartu Pos bergambar 'Rumah Batak' , Rumah itu merupakan kediaman Pak Mblegah, kepala suku Batak Karo pada awal abad XX. Sebagai salah satu rumah Batak yang paling dikenal dan paling besar. 

Terletak di Kabanjahe, antara Brastagi dengan Danau Toba. Sayang sekarang rumah ini sudah tidak ada lagi karena rumah tersebut sudah hancur pada tahun 1946 -47 karena konfrotasi Rakyat terhadap Belanda. 

Keindahan Arsitektur Rumah ini menggugah Pemerintahan Jepang menerbitkan Uang kertas Pecahan 5 rupiah dengan gambar rumah milik pak Mbelga tersebut. Mungkin sudah saatnya kita mengganti pemikiran kita yang selama ini menganggap Gambar uang ini sebagai Rumah Adat Minangkabau.

Rumah adat Karo dalam mata uang

#batak #karo #bumipusaka #rumah

Tentang Sisingamangaraja XII

Raja Sisingamangaraja XII
Tentang Sisingamangaraja XII
1. Sosok Patuan Bosar Sinambela ( Raja Sisingamangaraja XII) adalah sebuah pemimpin yang dapat dijadikan simbol perjuangan dengan berbasis Rakyat “Volks-Lager”. Hal ini terbukti dari perjuangan yang dilakukan beliau dalam menentang Kolonial Belanda, meskipun dengan peralatan 

seadanya, seperti parang, tombak, lembing, dan bedil (jumlah sedikit) beliau tetap melakukan perlawanan bersama rakyat yang menjadi basis perjuangannya. 

2. Patuan Bosar Sinambela (RajaSisingamangaraja XII) merupakan sosok 

Pahlawan yang berjuang dengan gigih mempertahankan tanah Batak dari usaha pencaplokan (aneksasi) yang dilakukan oleh Kolonial Belanda. Dalam menentang kolonial Belanda, beliau menunjukkan sebuah totalitas perjuangan yang tidak setengah-setengah, mengorbankan segala harta benda, bahkan keluarga beliau pun turut serta dalam mendukung perlawanan yang dilakukannya. 

3. Patuan Bosar Sinambela, Sosok yang anti terhadap penindasan dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM). Setiap beliau mengunjungi suatu wilayah, Orang-orang yang terpasung harus dilepaskan. 

4. Sisingamangaraja XII sosok pemimpin yang spiritualis, hidup dengan kepercayaan bahwa terdapat kuasa-kuasa yang lain di muka bumi ini (kepercayaan tradisional batak). Beliau adalah sosok Raja Imam “Priester-koning”.

5. Sisingamangaraja sosok yang terbuka terhadap pengaruh luar, bukan Raja yang isolatif hanya pada daerahnya saja. Dapat dilihat bahwa Sistem Raja berampat yang diberlakukan beliau diadaptasi dari Sistem Raja Merampat Aceh. Cap (Stempel) Kerajaan beliau bertuliskan aksara Arab Jawi dan Batak. Menandakan bahwa sosok beliau tidak kaku dan terpaku hanya pada konteks Batak saja. 

6. Dalam bidang politik, Sisingamangraja XII membangun hubungan dengan kerajaan-kerajaan luar. Hal inilah yang membuat ketika terjadi perang melawan kolonial belanda, pasukan Sisingamangaraja turut dibantu oleh pasukan dari Aceh, Padang Bolak, Habinsaran (Asahan).

Raja Sisingamangaraja XII