Sabtu, 22 Februari 2025

Aksara Kawi Tulisan Kuno yang Masih Dipakai di Zaman Modern

Aksara Kawi Tulisan Kuno yang Masih Dipakai di Zaman Modern
Aksara Kawi: Tulisan Kuno yang Masih Dipakai di Zaman Modern?

Tidak banyak yang tahu ada Hari Aksara Internasional. Selalu diperingati setiap tanggal 8 September. Di Jember, peringatan Hari Aksara itu dikemas dalam Pekan Aksara di Museum Huruf. Salah satu kegiatannya adalah uri-uri aksara kawi.

BAGI generasi saat ini, istilah aksara kawi sangat asing terdengar. Sebab, dalam kesehariannya, aksara yang lebih banyak digunakan adalah aksara Indonesia atau latin. Selain itu, juga mengenal aksara Jawa yang dipelajari di sekolah lewat pendidikan muatan lokal. Praktis, mendengar aksara kawi pun seperti mendengar istilah baru di dunia aksara. Padahal, aksara kawi ini sudah ada sejak abad ke-8 silam.

Memang saat ini aksara kawi tak lagi digunakan. Tetapi, sebenarnya aksara kawi atau aksara Jawa kuno ini dahulunya merupakan bahasa komunikasi yang sering digunakan di Nusantara. Hal ini diketahui dari banyaknya prasasti yang ditemukan dengan pahatan atau tulisan bermodel aksara kawi.

Keberadaannya memang semakin langka. Itulah yang mendorong Museum Huruf Jember, sebuah museum khusus yang memberikan informasi tentang aksara dan bahasa dari beragam masyarakat untuk melestarikannya. Upaya uri-uri aksara kawi dilakukan dengan menggelar pelatihan penulisan aksara kawi, Sabtu lalu (9/9).

Teguh Fatchur Rozi, seorang perwakilan Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia (PAEI) Jawa Timur, diundang. Ahli epigraf asal Tuban itu memberikan pelatihan bagi puluhan pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum di Museum Huruf Jember. “Saat ini sebenarnya peninggalan prasasti kawi atau Jawa kuno cukup banyak di Nusantara. Seperti halnya di Pulau Jawa dan khususnya Jawa Timur. Ada ratusan prasasti yang ditemukan itu beraksara kawi,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jember seusai memberikan pelatihan.

Alumnus Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung itu menceritakan, pengenalan aksara kawi sangat penting dilakukan. Menurutnya, itu salah satu upaya melestarikan warisan. Sehingga sikap memiliki dan mengetahui jati diri bangsa bisa terbentuk. “Mempelajari dan menelusuri. Dari dasarnya dulu dengan praktik menulis dan membaca. Tidak perlu muluk-muluk. Yang penting melestarikan dulu. Syukur-syukur bisa membaca aksara kawi di prasasti,” katanya.

Teguh menjelaskan, aksara kawi merupakan aksara historis yang digunakan di wilayah Asia Tenggara maritim. Terutama di Pulau Jawa sekitar abad ke-8 hingga 16. Jika ditarik nasab atau silsilahnya, aksara ini merupakan pengembangan aksara tertua di Nusantara, yakni aksara Pallawa. Selanjutnya, aksara ini berkembang dengan melokalkan diri di wilayah menjadi aksara kawi yang menyediakan aksara dengan beragam pelafalan lokal. Sementara, aksara Pallawa murni menyediakan pelafalan India atau Sansekerta.

Aksara kawi merupakan pendahulu bagi aksara-aksara Nusantara yang lebih modern, seperti aksara Jawa, aksara Bali, aksara Sunda, dan lainnya. Namun, aksara ini mulai hilang sekitar abad ke-16 dan berganti aksara Jawa yang lebih dikenal dengan hanacaraka. “Hanacaraka itu hasil perkembangan aksara kawi,” lanjutnya.

Teguh kurang sependapat bila aksara kawi dinilai sulit dipelajari karena dianggap hal yang langka. Menurutnya, apa pun yang dimulai dari nol atau awal itu memang cukup sulit. Tetapi, itu tidak menutup ruang untuk belajar dan memahami tentang aksara kawi. “Aksara Jawa saja (hanacaraka, Red) dipelajari dan dilestarikan itu sudah cukup baik. Apalagi kalau kita mau mempelajari aksara kawi yang merupakan cikal bakalnya. Memang belajar apa pun dari nol itu sulit. Sama seperti saat masih kecil, kita dikenalkan tulisan. Proses belajarnya juga sama-sama sulit. Yang penting mau banyak praktik. Menulisnya dan membacanya,” terangnya.

Sementara itu, Pendiri Museum Huruf Jember, Ade Sidiq Permana, berharap, selain mengenalkan aksara kawi, pihaknya ingin memberikan tongkat estafet tersebut ke generasi muda. Dirinya percaya, pelatihan ini memberikan kesempatan kepada kaum muda untuk meneruskannya di masa yang akan datang. 

Sumber: radarjember.jawapos.com

0 komentar:

Posting Komentar